Keuangan
3 Alasan Suatu Negara Tidak Mencetak Uang Sebanyak-banyaknya
Pada situasi tertentu, kenapa suatu negara tidak mencetak uang sebanyak-banyaknya untuk mempertahankan ekonomi? Ternyata ini alasannya.
Mungkin ada yang bertanya-tanya, kenapa suatu negara tidak mencetak uang sebanyak-banyaknya? Terutama di situasi tertentu agar menambah daya beli masyarakat.
Ada beberapa negara yang pernah mencetak uang dengan jumlah sangat banyak dan membagikannya ke masyarakat demi menyelamatkan kondisi ekonomi mereka.
Ternyata, mencetak uang sebanyak-banyaknya bukan sebuah solusi, malah berpotensi membuat krisis. Kenapa begitu?
Yuk, simak penjelasannya berikut ini.
Nilai tukar anjlok
Pertama, jika suatu negara mencetak uang sebanyak-banyaknya, akan berpengaruh kepada nilai tukar mata uang yang menyebabkan kurs semakin turun, atau membuat nilai tukar anjlok.Â
Baca juga:Â 5 Hal yang Mempengaruhi Harga Emas Naik atau Turun
Jumlah uang yang beredar berpengaruh terhadap nilai tukar uang asing. Makanya, negara tidak mencetak uang terlalu banyak karena alasan ini.
Bukan mata uang yang umum dipakai
Selain dolar Amerika Serikat (AS), mata uang lain tidak umum dipakai secara internasional. Jadi, tidak bisa asal dicetak banyak.
Berbeda dengan dolar AS yang tidak hanya digunakan untuk transaksi dan pendanaan di dalam negeri saja, melainkan internasional.
Baca juga: Strategi Jitu untuk Menghadapi Krisis Finansial dengan Cepat
Dolar AS adalah mata uang yang digunakan untuk segala jenis transaksi lintas negara, termasuk Indonesia bila melakukan impor barang, bayarnya tidak menggunakan rupiah tetapi dolar AS.
Secara umum, mata uang negeri Paman Sam ini bisa dicetak sebanyak-banyaknya, tetapi kalau dibarengi dengan permintaan yang banyak pula.
Meski begitu, tetap ada ketentuan dan batasannya, karena kalau kebanyakan bisa inflasi yang ujung-ujungnya merugikan negara sendiri.
Sebagai informasi, dikutip dari website Bank Indonesia (BI), inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.
Kenaikan inflasi
Seperti yang sudah disebutkan, saat suatu negara mencetak uang sebanyak-banyaknya, otomatis banyak masyarakat yang memegang banyak uang dan menyebabkan kemampuan belinya meningkat.
Kalau itu terjadi, justru bisa memicu inflasi yang tinggi dan harga barang akan naik karena menyesuaikan keadaan. Nilai uangnya bakal ikut berkurang karena terlalu banyak uang beredar di pasar.
Salah satu contoh negara yang pernah mengalami inflasi karena mencetak uang secara secara berlebihan adalah Zimbabwe.
Zimbabwe mengalami inflasi hingga 11,250 juta persen, bahkan pernah menyentuh 231 juta persen pada 2008.Â
Baca juga:Â Tips Mengatur Dana Darurat Selama Masa PSBB, yuk Berhemat!
Tingginya inflasi membuat salah satu negara di benua Afrika itu melakukan redenominasi mata uang dengan menyederhanakan uang 10 miliar dolar Zimbabwe menjadi 1 dolar atau menghilangkan 10 angka nol.
Beberapa alasan inilah yang membuat suatu negara tidak mencetak uang sebanyak-banyaknya secara sembarangan.
Maka dari itu, negara di belahan dunia manapun pasti akan berfikir ulang ketika ingin mencetak uang. Pasalnya, akan berpengaruh terhadap perekonomian negara tersebut.
Ini juga menjadi alasan kenapa suatu negara memilih berhutang daripada mencetak uang dalam jumlah banyak, termasuk negara maju sekalipun.
Jadi, hal ini biasa dilakukan demi membangkitkan perekonomian suatu negara.