Keuangan
Apa Bedanya Resesi, Inflasi, Krisis, dan Depresi Ekonomi?
Pertumbuhan ekonomi yang tak menentu menyebabkan terjadinya resesi dan krisis. Cari tahu bedanya di sini.
Beberapa negara pasti pernah mengalami masa resesi ekonomi karena kinerja pertumbuhan ekonomi negatif pada tahun tertentu.
Selain resesi, kondisi perekonomian yang juga tak kalah mengerikan adalah krisis, inflasi, dan depresi ekonomi.
Kira-kira apa bedanya resesi, krisis, inflasi, dan depresi ekonomi? Berikut penjelasannya
Baca juga:Â 5 Hal yang Mempengaruhi Harga Emas Naik atau Turun
Resesi
Resesi merupakan saat di mana pertumbuhan ekonomi suatu negara yang mengalami penurunan dalam dua kuartal berturut-turut.Â
Biasanya ditandai dengan turunnya daya beli masyarakat dan meningkatnya angka pengangguran. Bedanya resesi dengan krisis, dampak dari resesi lebih merata di seluruh sektor ekonomi.
Beberapa hal yang jadi penyebab resesi misalnya adalah guncangan ekonomi akibat pandemi, utang yang terlalu berlebihan, serta investasi yang kurang efisien.
Baca juga:Â Strategi Jitu untuk Menghadapi Krisis Finansial dengan Cepat
Selain itu, deflasi yang tak terkendali juga bisa menjadi penyebab resesi.
Deflasi adalah harga yang turun dari waktu ke waktu yang menyebabkan upah berkontraksi berlanjut ke penekanan harga. Ini membuat aktivitas perbelanjaan terhenti.
Krisis
Krisis adalah situasi terjadinya penurunan beberapa indikator ekonomi secara drastis di sebuah negara. Hal ini disebabkan oleh fundamental ekonomi yang rapuh, terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang macet.
Tanda terjadinya krisis ekonomi biasanya terlihat dari penurunan kemampuan belanja pemerintah, daya beli masyarakat yang rendah, dan kenaikan harga bahan pokok.Â
Bedanya resesi dengan krisis adalah dampaknya, yaitu resesi bisa jadi lebih besar dan luas dalam rentang waktu yang lebih panjang dibanding krisis.
Penurunan ekonomi pada satu kuartal saja sudah bisa disebut sebagai krisis.
Inflasi
Istilah lain yang juga tak asing di telinga ketika membahas mengenai stabilitas perekonomian adalah inflasi.
Inflasi adalah kondisi terjadinya kenaikan harga barang dan jasa secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu.
Baca juga:Â 3 Alasan Suatu Negara Tidak Mencetak Uang Sebanyak-banyaknya
Inflasi disebabkan oleh bertambahnya peredaran uang di masyarakat, biaya produksi yang meningkat serta adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran.
Dampak inflasi dapat membuat daya beli masyarakat menurun. Jika daya beli menurun dalam kurun waktu tertentu, otomatis menyebabkan pertumbuhan ekonomi menurun yang dapat berujung pada resesi.
Jadi, adanya inflasi dapat berpotensi pula menjadi penyebab terjadinya krisis, bahkan resesi.
Depresi ekonomi
Sementara itu, yang paling ditakutkan terjadi jika resesi tak kunjung berakhir adalah depresi ekonomi.
Depresi ekonomi dapat disebut juga sebagai resesi ekstrem yang berlangsung hingga dua tahun berturut-turut.
Artinya, jika sudah sampai terjadi depresi ekonomi, berarti masalah perekonomian belum dapat teratasi.
Hal ini membawa dampak yang kian memburuk, seperti angka pengangguran yang lebih tinggi dan berdampak secara global.
Perbedaan depresi dengan resesi dapat dilihat dari penurunan produk domestik bruto (PDB). Resesi ekonomi terjadi saat PDB turun di kisaran 0,3% hingga -5% dalam waktu 6-18 bulan.
Sedangkan jika terjadi depresi ekonomi, PDB bisa turun hingga kisaran -14,7% dan terjadi dalam waktu kurang lebih 18-43 bulan.
Baca juga:Â Menabung dan Investasi, Mana yang Harus Didahulukan?
Itulah bedanya resesi, krisis, inflasi, dan depresi ekonomi. Jika terjadi salah satu kondisi ekonomi tersebut, sebaiknya jangan langsung panik.Â
Perhatikan dulu situasi yang ada di sekitar, lihat apakah ada peluang tertentu yang masih bisa diambil kalau misalkan kamu sedang berinvestasi.
Untuk itu, pastikan kamu memiliki dana darurat yang cukup untuk digunakan jika kondisi ekonomi sedang tidak stabil ya.