Baru
Banyak Kecelakaan Mobil Sport, Apakah Perlu SIM Khusus?
Untuk mengurangi kecelakaan yang makin sering, sudah saatnya aturan mengenai SIM khusus untuk pengendara mobil sport diterapkan.
Mengemudi mobil sport sejatinya membuat pengendara lebih hati-hati. Ini karena spesifikasi dan kemampuan sedan-sedan tersebut berbeda dari mobil yang marak berlalu-lalang di jalanan umum.
Belum lagi kondisi jalan di dalam kota yang tidak mumpuni untuk memacu kendaraan di atas kecepatan normal. Ini tentu membuat kondisi berbahaya jika dilanggar dan dapat berakibat kecelakaan.
Di hari yang berdekatan, tersebar dua video yang tentang dua buah mobil sport mengalami kecelakaan di jalan raya. Kecelakaan dua sedan tersebut terjadi di waktu dan lokasi yang berbeda, yakni Tangerang dan Jakarta.
Kecelakaan mobil sport
Kejadian yang pertama adalah kecelakaan tunggal yang dialami pengendara mobil sport Mazda RX-8 yang videonya diunggah pemilik akun TikTok @yoga.andrean8.
Baca juga: Intip Deretan Mobil Kei Car yang Mulai Dipasarkan di Indonesia
Pada video ditunjukkan bagian depan mobil sport berwarna hitam tersebut hancur dan dalam posisi berhenti di bagian tengah pembatas jalan. Terlihat jelas kaki-kaki Mazda RX-8 tersebut rusak parah dan pelek bagian depannya juga patah.
Tidak dijelaskan secara detail di mana lokasi kecelakaan sedan Mazda itu terjadi, hanya diketahui di wilayah BSD, Tangerang.
“Alhamdullilah driver nya selamat,” tulis pemilik video membalas salah satu pertanyaan netizen @gentalatirtah.
Baca juga: Mobil Artis Ringsek Alami Pecah Ban di Tol, Ini Tips Antisipasinya
Kecelakaan mobil sport yang kedua terjadi Minggu, (8/10), sekitar pukul 04.00 WIB, di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, tepatnya dekat dengan Bundaran Senayan.
Pada video yang disebarkan pemilik akun Instagram @merekamjakarta, terekam sebuah mobil sport Ferrari berwarna merah berada di belakang taksi Blue Bird Toyota Avanza yang tampak bagian belakangnya sudah ringsek parah. Bodi bagian depan Ferrari yang diduga menabrak taksi itu pun nampaknya tak kalah parah.
Paska kecelakaan, suasana di sekitar kejadian sempat chaos. Pengemudi yang mengendarai sedan Ferrari sempat ribut dengan sejumlah orang yang diperkirakan juga jadi korban yakni pengemudi Honda Brio, Honda Beat, Benelli dan Honda Verza.
Baca juga: 12 Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas dari Laporan Pusiknas Polri
Saat ini kasusnya kecelakaan tersebut sudah ditangani Polda Metro Jaya.
Peluang kecelakaan di jalan sepi lebih tinggi
Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) mengatakan, sering kali kondisi jalan yang sepi membuat pengemudi tertantang untuk mengebut. Padahal, melaju dalam kecepatan tinggi pada jalanan yang sepi bukan berarti aman dari risiko kecelakaan.
Sebaliknya, kecelakaan justru lebih berpotensi terjadi ketika melaju kencang di jalanan yang sepi.
Baca juga: Pentingnya Defensive Driving dan Menahan Emosi di Jalan
“Lihat kecelakaan fatal yang terjadi dalam situasi sepi, Bagaimanapun jalan raya adalah ruang publik. Sepi justru berbahaya karena orang lain juga akan menganggap jalanan sepi dan tiba-tiba mereka melintas,” kata Jusri melansir Kompas.com.
Beberapa kecelakaan fatal, kata Jusri, justru terjadi saat kondisi jalanan sedang sepi. Mengapa, tidak hanya kita yang menganggap jalan tersebut sepi dan aman, pengendara lain juga berpikir hal yang sama dan berpikiran untuk mengebut. Alhasil di situlah peluang kecelakaan terjadi.
Oleh karenanya Jusri menyarankan, agar semua pengguna jalan khususnya pengendara kendaraan bermotor tetap mematuhi rambu-rambu lalu lintas. Misal tidak kebut-kebutan di jalanan yang sepi.
Baca juga: Perbedaan Garansi Mobil dan Asuransi Mobil, Jangan Salah!
“Sebaiknya mengikuti aturan yang ada, ini bukan persoalan keterampilan hard skill tapi juga soft skill pola pikir. Jalanan sepi main geber saja, ingat ini jalan raya bukan sirkuit,” tambah Jusri.
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana, mengatakan, pengendara mobil sport harus punya pengalaman cukup atau setidaknya mengenal karakteristik mobil yang dikendarainya.
“Mobil ini memang harus dikendarai oleh orang yang sudah biasa. Kalau orang belum pernah kenal yang ada ialah slip atau over power di kecepatan tinggi atau di tarikan awal,” terang Sony melansir Kompas.com.
Baca juga: Harga Busi Mobil Avanza dan Xenia Mahal, Benarkah?
“Jadi mereka bisa tidak mengontrol spin-nya, karena ini tidak sembarangan memang butuh jam terbang. Jadi tidak serta merta itu mobil digas pasti lempeng apalagi kalau tarikan (roda) belakang (Rear Wheel Drive/RWD) pasti overstreer,” katanya.
SIM khusus mobil sport
Kasus kecelakaan mobil sport yang terjadi di jalanan umum bukan kali ini saja terjadi. Beruntung dua kejadian di atas tidak sampai mengakibatkan korban jiwa.
Dari kejadian-kejadian tersebut, maka banyak yang beranggapan bahwa pengendara mobil sport harus memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) khusus yang sesuai dengan kapasitas dan kekuatan mesin yang dimiliki kendaraannya.
Baca juga: Malas Isi BBM, Apa Efek Tangki Bensin Sering Kosong?
Menurut Sony yang juga pendiri SDCI, penggolongan SIM berdasarkan jenis kendaraan ini sangat perlu. Ini sama halnya dengan SIM B yang dikelompokkan berdasarkan jenis kendaraan besar dan SIM C yang dikelompokkan berdasarkan kubikasi untuk sepeda motor.
Tujuannya agar pengendara mobil sport adalah yang benar-benar memahami dan mampu mengendalikan kendaraan bertenaga besar tersebut.
Ia menambahkan, “Kalau bicara soal SIM khusus untuk mobil sport, harus ada otoritas yang berani menghentikan supercar di jalan raya, seperti Ferrari.”
Baca juga: Malas Isi BBM, Apa Efek Tangki Bensin Sering Kosong?
Sony berharap Korps Lalu Lintas (Korlantas) mempertimbangkan SIM khusus untuk mobil sport ini. Mungkin bisa dimulai dari wilayah DKI Jakarta terlebih dahulu, yakni oleh Polda Metro Jaya.
Selain itu, kata Sony, hingga kini masih banyak pengendara khususnya di Jakarta yang tidak melengkapi dirinya dengan SIM saat berkendara di Indonesia. Ini dulu sebenarnya yang harus dibenahi Polda Metro Jaya.
“Kita harus memperbaiki dasar terlebih dahulu. Sekarang ini, banyak pengendara yang belum memiliki SIM resmi,” ungkap Sony. Kalau menurut kamu bagaimana, setuju juga nggak pengaturan ini?