Keuangan
Dampak Kenaikan Harga BBM, Apa yang Dirasakan Masyarakat?
Kenaikan harga BBM subsidi dan nonsubsidi resmi dilakukan pemerintah, Sabtu (3/9). Apa dampak yang paling besar bagi rakyat?
Pemerintah resmi umumkan kenaikan harga BBM bersubsidi jenis Pertalite, dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, dan BBM non subsidi jenis Pertamax dari Rp 12.500 jadi Rp 14.500.
Kenaikan juga dialami oleh Solar bersubsidi dari harga Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter, yang dipastikan bakal memberi dampak besar bagi masyarakat.
Biasanya, harga BBM naik akan diikuti juga oleh kenaikan harga-harga kebutuhan pokok lainnya. Kira-kira selain itu, apa dampak kenaikan harga BBM yang paling memberatkan masyarakat?
Kenaikan harga BBM picu kenaikan tarif angkutan
Hal utama yang pasti dirasakan dampaknya oleh masyarakat luas akibat harga Pertalite naik adalah bertambahnya tarif dasar angkutan darat.
Baca juga: Tips Aman Isi Bensin Mobil Ketika Berada di SPBU
Dalam keterangannya, Ketua Umum Organisasi Angkutan Darat (Organda) Adrianto Djokosoetono menyebut akan ada kenaikan bervariasi antara 5% sampai 15% bergantung jenis angkutannya.
Bahkan sebelum pengumuman kenaikan harga BBM saja, tarif ojek online (ojol) yang menjadi transportasi primadona masyarakat telah mengalami kenaikan. Apakah dampak kenaikan harga BBM ini akan kembali mendorong naiknya tarif ojol?
Untuk diketahui, pasca kenaikan harga BBM tarif angkutan perkotaan (angkot) di sejumlah daerah naik Rp 2000. Kemudian biaya sewa truk pengangkut naik sekitar 25% dan ongkos kirim (ongkir) belanja daring juga naik 10%.
Baca juga: Ada Inflasi, Kredit Kendaraan Bermotor Tetap Laku
Melihat dampak kenaikan harga BBM tersebut, opsi pemerintah untuk menyediakan transportasi massal yang nyaman dan berbasis energi hijau sepertinya wajib dilakukan.
Dengan hadirnya kendaraan-kendaraan transportasi serta kendaraan operasional berbasis listrik sepertinya akan menjadi solusi terbaik untuk mengatasi dampak tekanan kenaikan harga BBM di masyarakat.
Menurut kamu, apakah transportasi publik dan kendaraan operasional berbasis energi hijau dapat menjadi solusi bagi berkurangnya tekanan di masyarakat akibat naiknya harga BBM ini?Â
Mendorong inflasi
Harga Pertalite naik dipastikan mendorong naiknya angka inflasi di Indonesia. Bagaimana penjelasannya?
Baca juga: Lokasi Daftar MyPertamina Offline di Jabodetabek
Sebagai informasi, inflasi biasanya dipengaruhi oleh berbagai komponen. Salah satu komponen penentu kenaikan inflasi adalah konsumsi bensin. Saat ini, konsumsi BBM jenis Pertalite di Indonesia mencapai angka 80 persen dari total konsumsi BBM.
Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan data inflasi Indonesia periode Juli 2022 yang tumbuh 0,64% dibandingkan bulan sebelumnya.
Inflasi Juli 2022 tercatat 4,94% year on year (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang 4,35% angka ini sekaligus yang tertinggi sejak Oktober 2015.
Baca juga: Refinancing Kredit Mobil, Apa Syarat dan Manfaatnya?
Menurut data BPS dalam mekanisme inflasi, bensin memiliki bobot 4%. Sehingga, misalnya, harga BBM naik 10%, inflasi bisa terdorong hingga 0,4 poin persentase.
Sebagai contoh, pada tahun 2014 ketika pemerintah menaikan harga BBM jenis Premium yang paling banyak dikonsumsi saat itu. Ketika naik hampir 30%, dampaknya mengerek inflasi yoy sebanyak 8,36%.
Meningkatnya angka pengangguran
Dampak lain yang paling mungkin dirasakan efeknya secara langsung adalah meningkatnya angka-angka pengangguran.
Baca juga: Catat, Ini Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan Daerah Terbaru
Bahan bakar diperlukan bagi operasional sebuah perusahaan, dengan naiknya harga BBM maka operasional perusahaan akan ikut naik. Akibatnya akan ada efisiensi dan berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK).
Kenaikan angka pengangguran ini diperkirakan juga akan meningkatkan tingginya angka kemiskinan.
Penduduk miskin bertambah
Terkait dengan kenaikan pengangguran, harga Pertalite naik bisa mendorong tumbuhnya angka penduduk miskin.
Baca juga: Malas Isi BBM, Apa Efek Tangki Bensin Sering Kosong?
Dalam catatan BPS tingkat kemiskinan per Maret 2022 mencapai 9,54% atau 26,16 juta orang. Jika dibandingkan dengan September 2021, penurunan tingkat kemiskinan mencapai 0,17 poin atau 0,34 juta orang.
Namun, angka garis kemiskinan Maret 2022 mengalami kenaikan 3,97% jika dibandingkan September 2021. Harga Pertalite naik dipastikan akan kembali mendorong kemiskinan di akhir tahun ini.
Daya beli masyarakat jatuh
Selain mempengaruhi lapisan bawah, harga Pertamax naik juga diperkirakan membuat daya beli masyarakat kalangan menengah menurun drastis.
Baca juga: Aturan Isi BBM di SPBU, Biar Semua Nyaman
Menurut Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, harga Pertamax naik akan berpengaruh pada daya beli masyarakat kelas menengah.
Sektor yang akan terpengaruh dari lesunya daya beli kelas menengah antara lain ritel dan properti serta sektor lain yang terkait dengan gaya hidup.
Melihat sejumlah dampak kenaikan harga BBM tersebut, penting bagi masyarakat untuk berhemat dengan lebih banyak menabung dan melakukan investasi.
Jangan lupa, bila berinvestasi pastikan memberi keuntungan baik jangka pendek maupun jangka panjang, dan terjamin oleh lembaga keuangan resmi negara ya.