Search Cars

Baru

Etika Mengemudi Perlahan, Benarkah Jadi Biang Seringnya Kecelakaan Kendaraan?

Etika mengemudi harus dipahami. Tidak berkendara terlalu cepat juga terlampau lambat. Keduanya bisa timbulkan risiko celaka.

etika

Ada etika yang harus diikuti saat berkendara. Selain mengikuti rambu dan aturan lalu lintas serta arahan polisi, ada etika batas kecepatan yang juga harus dipatuhi. 

Orang menyangka, etika mengemudi dengan kecepatan rendah itu aman. Ternyata, tidak selalu. Berkendara dengan kecepatan rendah di sepanjang perjalanan justru bisa berisiko terjadinya kecelakaan, baik itu di jalan umum atau jalan bebas hambatan (jalan tol). 

Sudah banyak kasus kecelakaan yang disebabkan berkendara dengan kecepatan rendah ini. Dampaknya tidak hanya kerusakan pada kendaraan, tapi juga korban luka (ringan dan berat) hingga meninggal. 

Baca juga: Jalan Tol Memiliki Aturan Mengenai Batas Kecepatan Kendaraan, Catat Ya

Berikut ini beberapa dampak yang dihasilkan dari berkendara dengan kecepatan rendah: 

Kemacetan

WFH bebas macet

Pernah nggak bertemu dengan kendaraan yang berjalan statis dengan kecepatan rendah di lajur tengah atau kanan padahal di depannya kosong? Perilaku berkendara ini disebut dengan lane hogger. Padahal sudah jadi etika, kalau berkendara lambat sebaiknya dilakukan di sisi kiri jalan. 

Perilaku seperti ini tentu bisa memicu terjadinya kemacetan, karena kendaraan di belakangnya juga pasti ikut melambat. Tentunya juga membuat tugas polisi mengurai kemacetan semakin berat.

Etika menahan emosi

pengemudi arogan

Gemes ya kalau ketemu sama pengendara yang tingkahnya berkendara secara lambat di jalur tengah atau kanan. Emosi bisa terpancing dan ingin rasanya buru-buru menyalip.

Baca juga: Tips Memilih Ban Mobil yang Tepat untuk Berbagai Kondisi Jalan

Iya, tak jarang memang orang-orang yang menghadapi kasus seperti di atas akan terpancing emosi dan berusaha untuk menyalip. Manuver mendahului bisa saja berjalan mulus, tapi kalau tidak, bukannya tidak mungkin emosi untuk mendahului berujung pada kecelakaan lalu lintas.

Daripada terjadi hal yang tidak diinginkan, lebih baik tahan emosi dan mencari cara lain yang lebih aman untuk mendahuluinya. Gunakan etika defensive driving, strategi mengemudi yang aman yang memungkinkan kamu mampu mengantisipasi dan mempertahankan diri dari tabrakan atau kecelakaan lain. 

Berjalan lambat bukan etika yang baik

lane hoger

Hal yang paling sering terjadi akibat kendaraan melaju dengan kecepatan terlalu rendah adalah kecelakaan tabrak belakang. Untuk kamu ketahui, dampak underspeed ini tergolong sulit diantisipasi oleh pengendara lain dari arah belakang, apalagi kalau kecepatan mereka di atas rata-rata. 

Baca juga: Konversi Mobil Listrik, Bagaimana Aturannya di Indonesia?

Kecelakaan tidak hanya berisiko mengakibatkan kendaraan rusak, tapi juga korban luka (ringan-berat) hingga meninggal.

Jika memang kamu berniat berkendara santai, ada baiknya memilih berkendara di lajur kiri. 

Setiap pengemudi wajib melengkapi diri dengan keterampilan defensive driving. Ini penting, mengingat masih banyak sekali pengemudi yang abai terhadap peraturan dan rambu lalu lintas. 

Selain menjaga batas kecepatan, etika di jalan yang harus dilakukan adalah menjaga jarak aman, serta fokus selama berkendara dan tidak semaunya sendiri. 

Pahami etika di jalan

defensive driving

Ada pendapat yang mengatakan, mengemudi dengan kecepatan rendah bisa membantu mengurangi penggunaan BBM. Wah, itu mitos, ya.

Baca juga: Tambah Kamera Tilang di Jakarta, Tenyata E-TLE Masih Punya Kelemahan

Berkendara dengan kecepatan rendah justru membuat konsumsi BBM lebih boros. Pasalnya, mesin berputar pada 1.000-3.000 rpm sementara kecepatan mobil rendah. Ini tak sesuai dengan jumlah putaran mesin sehingga BBM lebih banyak terpompa pada setiap siklus rotasi.

Sama halnya ketika kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi, juga bisa bikin BBM boros karena berdampak pada peningkatan hambatan udara. yang membuat mesin bekerja lebih keras. 

Yang tepat itu, batas kecepatan kendaraan yang direkomendasikan adalah antara 48-80 kilometer per jam. Selain lebih aman, juga paling efisien dalam penggunaan bahan bakar. 

Baca juga: Urus Ganti Warna Mobil, Bagaimana Cara dan Berapa Biayanya?

Bagaimana dengan etika berkendara di jalan tol? Apakah sama?

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2013 tentang jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), disebutkan di Pasal 23 ayat 4 bahwa batas kecepatan berkendara di tol dalam kota adalah antara 60-80 kilometer per jam. Sementara kecepatan berkendara di tol luar kota yang disarankan adalah 60-100 kilometer per jam.

Ayo, selalu patuhi aturan dan rambu lalu lintas yang berlaku dan lengkapi diri dengan teknik defensive driving. Tidak hanya keselamatanmu yang berharga, tapi juga pengguna jalan lain. Tidak ingin dong, kena tilang kamera ETLE polisi akibat melanggar kecepatan?

Tertarik Beli Mobil di SEVA??

Yuk isi informasi kamu dan langsung ngobrol dengan agen SEVA. Kami akan menghubungi kamu dalam 1x24jam.

Nama Lengkap

Nomor Handphone

+62

Nomor yang kamu masukkan tidak valid.

Jelajahi Layanan SEVA

Mobil Baru

Pilih mobil impian kamu dari berbagai merek dengan jaminan kualitas Astra

Pelajari Lebih Lanjut

Mobil Bekas

Beli mobil bekas berkualitas dengan pembiayaan dari Astra

Pelajari Lebih Lanjut

Fasilitas Dana

Solusi untuk kebutuhan dana langsung cair dengan jaminan BPKB mobil

Pelajari Lebih Lanjut

Layanan Surat Kendaraan

Urus surat kendaraanmu dengan mudah dan nyaman

Pelajari Lebih Lanjut

Rekomendasi Mobil Untukmu

Baca juga dari SEVA blog

Muat lebih banyak lagi

Join Yuk, Agar Tetap Update!

Dapatkan tips, berita, review, dan penawaran terbaru dari SEVA!

Email

Agen kami akan segera menghubungi kamu dalam 1x24 jam.
Mohon maaf, terjadi kendala jaringan. Silakan coba kembali.
Kamu sudah meminta OTP. Mohon tunggu beberapa saat sebelum meminta OTP baru.
Verifikasi Nomor Kamu
Terlalu banyak percobaan OTP. Silahkan ulangi beberapa saat lagi.
Mohon tunggu 2:00 detik untuk kirim ulang.
Belum menerima kode verifikasi?
Kirim ulang