Tips & Rekomendasi
Jalanan Beton Bikin Ban Cepat Botak, Mitos atau Fakta?
Jalanan beton disinyalir menjadi salah satu penyebab ban cepat habis atau botak. Tetapi, apakah informasi itu benar?
Ban merupakan salah satu komponen mobil yang memiliki peranan penting saat berkendara. Ban juga merupakan satu-satunya komponen yang berhubungan langsung dengan permukaan jalan. Maka dari itu, permukaan jalan sangat mempengaruhi kondisi ban.
Ada dua permukaan jalan yang sering ditemukan di Indonesia, khususnya di Jabodetabek, yaitu permukaan jalan aspal dan beton. Kedua jenis permukaan jalan tersebut disinyalir memiliki dampak kepada ban, khususnya jalan beton.
Kabar yang beredar menyebutkan, bahwa jalanan beton memiliki daya gesek tinggi terhadap karet ban. Rata-rata, ban dapat digunakan sekitar 70 ribu sampai 80 ribu kilometer di jalan aspal, sedangkan di jalan beton umur ban hanya sampai 60 ribuan kilometer.
Ada juga isu yang mengatakan bahwa material beton dapat menyebabkan ban meletus karena permukaan ban akan cepat aus dan panas ketika bergesekan dengan beton. Walaupun begitu, jalanan beton bukan satu-satunya faktor penyebab tingkat keausan ban.
Terdapat faktor lainnya yang membuat ban dapat cepat aus selain material jalan, seperti cara mengerem, perilaku mengemudi, tekanan udara di dalam ban, dan lain sebagainya.
Tetapi, isu tentang jalanan beton dapat membuat ban cepat habis atau botak belum diteliti secara ilmiah. Untuk itu, belum dapat disimpulkan apakah jalanan beton sangat berpengaruh terhadap tingkat ketahanan ban atau tidak.
Nah, yang perlu diingat oleh para pengendara adalah semua produsen atau pabrikan ban pastinya sudah melakukan uji coba produk dengan menempuh berbagai jenis material jalan. Jadi, selama ban yang dipakai asli dan sesuai dengan standar yang ditetapkan, ban tersebut aman untuk dibawa berkendara pada permukaan beton atau aspal.
Perbedaan jalan aspal dan beton
Pada dasarnya, terdapat beberapa jenis perkerasan jalan raya. Namun, secara garis besar, perkerasan jalan raya di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu perkerasan lentur dan kaku serta penggabungan antara keduanya.
Perkerasan lentur adalah perkerasan jalan raya yang menggunakan batuan sebagai material pokok pendukung beban. Lalu, aspal menjadi material pengikat antara butiran-butiran material pokok, yaitu batuan tadi.
Masyarakat awam lebih mengenal perkerasan jalan ini sebagai jalanan aspal, walaupun aspal hanya digunakan sebagai bahan pengikat yang bersifat lentur.
Jalanan aspal memiliki biaya pembuatan yang lebih murah daripada jalanan beton dan biaya investasi yang dikeluarkan relatif lebih sedikit apabila digunakan untuk lalu lintas rendah. Maka dari itu, jalanan aspal sering dijumpai di jalan raya.
Namun, saat dilintasi oleh beban yang melebihi kapasitas, jalanan aspal lama-kelamaan akan melengkung atau berdeformasi dan tidak kembali ke bentuk semula. Ini menyebabkan bentuk jalan bergelombang.
Perkerasan jalan yang kedua adalah perkerasan kaku yang menggunakan semen sebagai material pokoknya. Perkerasan jalan ini biasa disebut dengan jalanan beton, yang terdiri atas lapisan pondasi atas dan pondasi bawah.
Biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan jalan beton umumnya lebih mahal daripada jalan aspal, karena jika terjadi kerusakan di satu titik, akan merambat ke konstruksi jalan lainnya. Hal ini berdampak pada perbaikannya, yang tidak dilakukan pada titik kerusakan saja.
Tetapi, jalan beton sanggup menahan beban lalu lintas yang lebih, karena dapat mendistribusikan beban kendaraan secara merata sehingga tanah tidak mengalami tekanan di titik tertentu.
Lalu, jalanan beton juga dikenal dapat mengurangi biaya perbaikan tanah. Malahan, untuk pemeliharaannya hampir tidak terdapat biaya asalkan sesuai dengan umur perencanaan jalan.
Kesimpulannya, dampak penggunaan ban di kedua jenis jalan tadi belum dapat dibuktikan secara ilmiah. Untuk itu, apabila ingin ban mobil Anda tidak cepat aus, lebih baik perhatikan cara mengemudi terlebih dahulu dan lakukan perawatan ban secara berkala, seperti mengecek ketebalan serta tekanan angin ban.