Berita Utama Otomotif
Kapan Waktu Terbaik untuk Ganti Oli Matic? Ini Jawabannya!
Pentingnya Menjaga Kondisi Oli Matic Mobil Kamu
Kamu pasti tahu betapa pentingnya menjaga performa mobil, terutama bagian transmisi otomatis yang kerap diabaikan. Oli transmisi matic adalah salah satu elemen krusial yang perlu diperhatikan secara rutin. Tapi, kapan sebenarnya kamu harus menggantinya? Artikel ini akan membantu kamu memahami kapan waktu yang tepat untuk mengganti oli matic dan menjaga kendaraan kamu tetap prima.
Jenis-Jenis Transmisi Otomatis yang Perlu Kamu Ketahui
Sebelum lebih jauh membahas waktu penggantian oli, kamu perlu tahu dulu jenis-jenis transmisi otomatis. Pada dasarnya, ada dua jenis transmisi otomatis yang umum digunakan di mobil modern:
- Conventional Automatic Transmission
Transmisi ini menggunakan mekanisme planetary gear automation dan oli yang digunakan biasanya jenis ATF (Automatic Transmission Fluid). - Continuously Variable Transmission (CVT)
Sistem transmisi ini menggunakan pulley dan belt untuk mengubah rasio gear secara mulus. Oli yang digunakan pada transmisi CVT adalah jenis CVT-F.
Baca Juga :Â Mengatasi Seal Crankshaft Bocor pada Volvo
Kapan Harus Mengganti Oli Matic Mobil?
Penggantian oli matic sangat bergantung pada kondisi penggunaan kendaraan. Secara umum, penggantian oli matic dianjurkan setiap 40.000 hingga 50.000 km. Namun, jika kamu sering berkendara di jalanan yang macet, penggantian oli bisa dilakukan lebih cepat, misalnya setiap 30.000 hingga 40.000 km.
Berbeda dengan flushing, yang berarti mengganti seluruh oli transmisi hingga ke torque converter, mengganti oli matic hanya mengganti oli yang ada di karter oli saja. Penggantian ini bisa dilakukan jika kondisi oli transmisi sudah mulai kotor atau terdapat serpihan logam akibat gesekan dalam transmisi.
Tanda-Tanda Kamu Harus Melakukan Flushing Oli Matic
Flushing oli matic biasanya dilakukan jika kamu menemukan serpihan logam pada oli transmisi atau filternya. Jika serpihan ini mulai terlihat, saatnya untuk mengganti oli secara menyeluruh melalui proses flushing. Namun, jika hanya ada endapan kotoran halus yang normal, kamu cukup mengganti oli matic saja tanpa perlu melakukan flushing.
Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Mengganti Oli Matic
Banyak pemilik mobil melakukan kesalahan umum saat mengganti oli matic. Salah satunya adalah kebiasaan mengoper transmisi dari D (Drive) ke N (Neutral) saat berhenti di lampu merah atau macet. Kebiasaan ini ternyata dapat mempercepat munculnya serpihan logam pada transmisi, yang akhirnya memperpendek usia oli matic kamu.
Selain itu, banyak yang salah memahami interval penggantian oli. Tidak semua mobil membutuhkan penggantian oli di 20.000 atau 30.000 km. Jika kondisi jalanan lancar, oli matic bisa bertahan hingga 70.000 hingga 80.000 km. Tapi, untuk menghindari risiko, lebih baik kamu mengikuti rekomendasi dari buku manual mobilmu atau berkonsultasi ke bengkel resmi.
Apa yang Terjadi Jika Terlambat Mengganti Oli Matic?
Menunda penggantian oli matic bisa berdampak serius pada performa kendaraan. Ketika oli sudah kehilangan kemampuan pelumasannya, transmisi mobil bisa mengalami kerusakan serius. Uap air, kontaminasi, dan siklus panas-dingin dapat merusak kualitas oli matic seiring waktu.
Hal ini terutama berlaku untuk mobil yang sering digunakan di kondisi ekstrem, seperti macet parah atau perjalanan jauh tanpa henti. Jika kamu terlambat mengganti oli matic, biaya perbaikan transmisi bisa jauh lebih mahal dibandingkan dengan biaya penggantian oli rutin.
Baca Juga :Â Apa Bahaya Rembesan Oli Mesin? Kenali Penyebab dan Solusinya!
Tips Merawat Transmisi Otomatis Agar Awet
Merawat transmisi otomatis tidak hanya tentang mengganti oli secara berkala. Ada beberapa langkah sederhana yang bisa kamu lakukan untuk menjaga transmisi tetap awet:
- Perhatikan Kondisi Oli Secara Rutin
Cek kondisi oli secara visual melalui dipstick oli. Jika oli sudah terlihat hitam dan kental, segera jadwalkan penggantian. Oli yang masih jernih dan encer masih dapat digunakan untuk beberapa waktu. - Jangan Terlalu Sering Mengganti dari D ke N
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, sering memindahkan tuas transmisi dari D ke N saat macet bisa merusak transmisi lebih cepat. Lebih baik tetap di posisi D selama berhenti sebentar di lampu merah. - Gunakan Oli yang Tepat
Setiap jenis transmisi memiliki spesifikasi oli yang berbeda. Pastikan kamu menggunakan oli yang direkomendasikan oleh pabrikan mobil. Misalnya, untuk transmisi CVT, pastikan menggunakan CVT-F dan bukan ATF. - Lakukan Servis Berkala
Selain mengganti oli, perhatikan juga komponen lain seperti filter oli, gasket, dan shock absorber yang berhubungan dengan transmisi. Lakukan servis kecil setiap 10.000 km, servis sedang setiap 20.000 km, dan servis besar setiap 40.000 km. - Gunakan Mobil dengan Bijak
Jangan terburu-buru memanaskan mesin mobil dengan menginjak pedal gas. Biarkan mesin mobil mencapai suhu operasional secara perlahan. Ini akan membantu menjaga komponen transmisi tetap awet.
Kapan Waktu yang Tepat untuk Perawatan Besar?
Sebagai patokan umum, perawatan besar biasanya dilakukan setiap 100.000 km. Pada jarak tempuh ini, beberapa komponen transmisi dan mesin perlu diperiksa atau diganti, seperti:
- Ganti oli transmisi otomatis (untuk mobil dengan transmisi lifetime atau 100.000 km).
- Ganti shock breaker depan dan belakang.
- Cek dan ganti busi iridium jika diperlukan.
- Periksa bearing-bearing roda.
Pastikan kamu menyiapkan anggaran yang cukup untuk perawatan besar, terutama jika mobilmu adalah sedan Jepang kecil. Kisaran biaya perawatan besar biasanya sekitar 10 juta rupiah.
Kesimpulan
Mengganti oli matic secara berkala sangat penting untuk menjaga performa mobil kamu. Jangan menunda-nunda penggantian, apalagi jika kamu sudah merasakan tanda-tanda oli mulai menurun kualitasnya. Cek kondisi oli secara rutin dan pastikan kamu mengikuti pedoman dari pabrikan mobil.
Untuk kamu yang ingin membeli mobil baru dengan fitur transmisi otomatis terbaik, kunjungi SEVA dan temukan mobil impianmu dengan penawaran menarik!