Keuangan
Kenaikan Suku Bunga BI, Apa Sih Dampak Bagi Masyarakat?
Kenaikan suku bunga dari Bank Indonesia diprediksi membawa sejumlah dampak yang memberatkan di tengah masyarakat. Apa saja?
Kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) pada hari Kamis (20/10), diperkirakan membuat perekonomian masyarakat tertekan.
Seperti diketahui, BI telah resmi menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen.
Suku bunga deposit facility juga naik sebesar 50 bps menjadi 4 persen dan suku bunga lending facility naik sebesar 50 bps menjadi 5,5 persen.
Baca juga: Dampak Kenaikan Nilai Dolar AS Terhadap Rupiah dan Ekonomi Indonesia
“Berdasarkan asesmen menyeluruh dan proyeksi ke depan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 19 dan 20 Oktober memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin menjadi 4,75 persen,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dikutip CNN Indonesia.
Naiknya suku bunga ini dianggap bakal membuat efek langsung yang memberatkan perekonomian rakyat. Apa saja dampaknya?
Kenaikan suku bunga dorong pengangguran
Menurut pendapat Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal, kenaikan suku bunga BI paling berimbas pada minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan baru.
Baca juga: 7 Tips Menghadapi Resesi yang Diramalkan Terjadi Tahun 2023
Faisal menilai naiknya suku bunga acuan bisa mengganggu usaha sektor riil sehingga bisnis terhambat dan ketersediaan lapangan kerja di Indonesia bakal bermasalah.
“Ini ada kaitannya dengan penciptaan lapangan pekerjaan. Jadi kesempatan untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak menjadi terhambat,” pungkasnya.
Hal senada dikatakan oleh peneliti dari Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda. Kenaikan suku bunga berimbas pertumbuhan ekonomi melambat. Hal ini dapat menimbulkan fenomena meningkatnya jumlah pengangguran dalam jangka pendek.
Baca juga: Apa Itu Instant Approval Kredit dan Kelebihannya?
“Jadi memang ada minusnya, namun positifnya bisa menahan inflasi agar tidak meningkat secara signifikan,” katanya pada Tempo.
Apa lagi dampak negatif naiknya suku bunga BI bagi masyarakat?
Suku bunga kredit naik
Dalam pandangan ekonom dari Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira seperti dikutip Kompas, kenaikan ini membuat perbankan berupaya untuk menaikkan suku bunga kredit. Hal ini dilakukan supaya tidak menanggung beban cost of fund yang tinggi.
Baca juga: Harganya Naik-Turun, Kapan Waktu Investasi Emas yang Tepat?
“Bank itu kan juga cari dana lewat deposito, nah itu bunganya akan lebih mahal jadi akan membuat cost of fund dari perbankan akan naik. Itulah yang membuat semakin cepat bank menyesuaikan suku bunga pinjamannya.”
Naiknya suku bunga kredit bank jelas membebani masyarakat yang sedang menjalani cicilan. Imbasnya, masyarakat pun akan menahan keinginan untuk membeli barang dan properti dengan sistem kredit.
Akibat hal tersebut, tentu memengaruhi juga pada penjualan kendaraan. Meski belum dapat diprediksi seberapa besar pengaruhnya namun sudah membuat industri otomotif memasang lampu kuning.
Baca juga: 4 Keuntungan Beli Mobil Kredit, Apa Saja Ya?
Menurut Ketua I Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) , Jongkie Sugiharto mengatakan kenaikan suku bunga acuan itu bakal berpengaruh terhadap penjualan industri otomotif.
“Kita khawatir jujur sebenarnya adalah meningkatnya suku bunga perbankan yang sudah menjadi 4,25% saat ini, itu yang kita khawatir,” ujar Jongkie dikutip Okezone.
Daya beli lemah
Kenaikan suku bunga acuan ini secara langsung berimbas pada melambatnya pertumbuhan ekonomi. Masyarakat akan cenderung menahan diri untuk membeli barang konsumsi yang kurang diperlukan.
Baca juga: Dunia Terancam Resesi, Ini Cara Berinvestasi Bagi Pemula
“Dari sisi konsumen mau beli kendaraan motor, leasing, KPR itu juga untuk bunga floating atau mengambangnya akan jadi lebih tinggi. Akhirnya kenaikan suku bunga ini akan menekan masyarakat yang paling rentan,” tutupnya.
Meski dianggap memberatkan, ternyata kenaikan suku bunga BI juga punya dampak positif bagi perekonomian negara. Apa saja?
Rupiah menguat
Masih menurut Bhima, kenaikan suku bunga BI bisa membuat Rupiah perkasa terhadap Dollar. “Itu bisa mencegah aliran modal keluar sehingga Rupiahnya bisa lebih stabil,” katanya.
Baca juga: Lebih Ngeri dari Inflasi, Apa Itu Stagflasi?
Hal ini lantaran kenaikan suku bunga membuat modal asing masuk ke Indonesia karena investor akan tertarik dengan imbal hasil surat utang Indonesia yang lebih menarik.
Biaya ekspor impor turun
Kuatnya mata uang lokal juga bisa membawa penurunan pada biaya ekspor dan impor. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan minat masyarakat serta para investor dalam melakukan investasi ke dalam negeri.
Peningkatan ini diharapkan akan mampu turut serta dalam mendorong pergerakan ekonomi Indonesia agar lebih berkembang ke depannya terutama di masa pandemi seperti sekarang ini.
Baca juga: Mau Bisnis Charging Station Mobil Listrik? Ini Syarat dan Biayanya!
Dengan mengetahui dampak positif dan negatif dari kenaikan suku bunga BI, masyarakat diharapkan dapat lebih bijak menyikapi keadaan.
Alihkan sebagian simpanan perbankan ke instrumen lain yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi misalnya reksa dana pasar uang dan reksa dana saham.
Waspada serta hindari jangan sampai terlibat dalam skema pinjaman online yang tidak resmi. Jangan lupa juga untuk menabung dan menyisihkan sebagian uangmu ke dalam dana darurat.
Yuk, lakukan langkah-langkah antisipasi tersebut agar kamu bisa menyiasati dampak dari kenaikan suku bunga BI!