Berita Utama Otomotif
Mengapa Mobil BBG Belum Populer di Indonesia? Ini Faktanya!
Kenapa Mobil BBG Belum Banyak Digunakan di Indonesia?
Di beberapa negara, penggunaan bahan bakar gas (BBG) untuk mobil sudah menjadi hal yang umum. Di Eropa Timur, misalnya, mobil BBG cukup populer karena alasan efisiensi dan ekonomis. Namun, di Indonesia, mobil BBG belum banyak terlihat di jalanan. Apa sebenarnya penyebabnya? Mari kita ulas lebih dalam.
Kelebihan BBG, Lebih Efisien dan Ekonomis
1. Efisiensi Pembakaran
Bahan bakar gas, seperti compressed natural gas (CNG), memiliki keuntungan utama dalam proses pembakaran. Gas yang sudah berbentuk gas mudah terbakar dibandingkan dengan bahan bakar cair seperti bensin. Di negara-negara Eropa Timur, mobil BBG sangat populer karena efisiensi ini. Gas dapat langsung disemprotkan ke ruang bakar tanpa perlu proses pengabutan seperti pada bensin.
2. Biaya Operasional yang Lebih Murah
Salah satu alasan utama mengapa BBG menarik adalah biaya operasionalnya yang lebih rendah. Di Indonesia, harga CNG saat ini sekitar Rp 4.500 per liter setara premium, jauh lebih murah dibandingkan dengan bensin atau solar. Jika dibandingkan dengan bensin subsidi yang harganya mencapai Rp 10.000 per liter, tentu saja BBG menawarkan penghematan yang signifikan.
Baca Juga :Â Cara Efektif Membersihkan Ruang Bakar Mobil Diesel dengan Metode Purging
Tantangan Penggunaan BBG di Indonesia
1. Biaya Konversi yang Tinggi
Salah satu hambatan utama dalam penggunaan BBG adalah biaya konversi yang tinggi. Kit konversi untuk mengubah mesin bensin menjadi BBG masih mahal, berkisar antara Rp 13 juta hingga Rp 24 juta untuk mesin 4 silinder. Harga ini membuat banyak orang ragu untuk berinvestasi pada konversi BBG.
2. Ruang Bagasi Terbatas
Tabung gas BBG memerlukan ruang yang cukup besar di kendaraan. Biasanya, tabung gas ini diletakkan di bagasi, sehingga kapasitas bagasi menjadi terbatas. Meskipun ada opsi untuk menempatkan tabung di bawah kendaraan, hal ini tetap mempengaruhi ruang penyimpanan barang.
3. Masalah Keamanan dan Perawatan
Tekanan tinggi yang dibutuhkan untuk menyimpan CNG (hingga 200 bar) juga menimbulkan kekhawatiran tentang keselamatan. Meskipun CNG memiliki sifat yang lebih aman dibandingkan dengan LPG karena gas ini lebih cepat menguap dan tidak mudah terbakar, banyak orang masih khawatir tentang risiko meledaknya tabung gas jika terjadi kecelakaan.
4. Keterbatasan Stasiun Pengisian
Jumlah stasiun pengisian BBG (SPBG) di Indonesia masih terbatas. Walaupun beberapa wilayah besar seperti Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya sudah memiliki SPBG, banyak daerah lain yang belum terjangkau. Hal ini membatasi fleksibilitas pengguna BBG dalam melakukan pengisian bahan bakar.
Manfaat Lingkungan dari BBG
1. Emisi yang Lebih Rendah
BBG, terutama CNG, memiliki emisi gas buang yang jauh lebih rendah dibandingkan bensin. Emisi gas buang dari CNG hanya sekitar 30% dari emisi bensin, dan tidak meninggalkan residu karbon di ruang bakar. Ini membuat BBG menjadi pilihan ramah lingkungan yang lebih bersih.
2. Oli Mesin yang Lebih Bersih
Penggunaan CNG juga berkontribusi pada kebersihan oli mesin. Setelah menggunakan CNG, oli mesin cenderung lebih bersih karena tidak ada residu karbon yang tertinggal. Hal ini membantu memperpanjang umur mesin dan mengurangi frekuensi pergantian oli.
Perawatan dan Biaya
1. Perawatan yang Terjangkau
Perawatan sistem BBG relatif terjangkau. Filter low pressure perlu diganti setiap 30.000 km dengan biaya sekitar Rp 150 ribu, sementara membran dan filter high pressure diganti setiap 60.000 km dengan biaya sekitar Rp 350 ribu. Selain itu, perawatan mesin bensin tetap diperlukan seperti biasa.
2. Sistem Bahan Bakar Bi-Fuel
Sistem BBG biasanya menggunakan teknologi bi-fuel, yang berarti mobil tetap dapat menggunakan bensin sebagai cadangan jika CNG habis atau sistem BBG mengalami masalah. Ini memberikan fleksibilitas tambahan bagi pengemudi.
Baca Juga :Â Fakta Menarik Tentang Mesin Diesel, Lebih dari Sekadar Bahan Bakar
Kesimpulan
Meskipun BBG menawarkan berbagai keuntungan seperti efisiensi bahan bakar dan penghematan biaya, beberapa tantangan seperti biaya konversi tinggi, ruang bagasi yang terbatas, dan keterbatasan SPBG membuatnya belum populer di Indonesia. Namun, jika kamu mencari alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan dan ekonomis, BBG bisa menjadi pilihan yang menarik.
Untuk informasi lebih lanjut tentang kendaraan ramah lingkungan dan berbagai solusi otomotif lainnya, kunjungi SEVA.