Baru
Nilai Dolar Hampir Rp 16 Ribu, Apa Pengaruhnya Pada Harga Mobil?
Cepat atau lambat, penguatan Dolar terhadap Rupiah ganggu finansial perusahaan di Tanah Air. Ini juga alasan harga mobil naik.
Kondisi ekonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Sudah beberapa hari ini nilai tukar Dolar Amerika Serikat (AS) terhadap Rupiah terus menguat. Tercatat pada Senin (23/10) pukul 11.52 WIB nilai kurs Rp15.948 per Dolar AS.
Apakah kondisi ini akan mengganggu finansial para pengusaha-pengusaha di Tanah Air? Selama dua pekan ini nilai tukar dolar AS terpantau menguat. Berdasarkan catatan, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah mendekati Rp16.000.
Untuk kamu ketahui, penguatan nilai tukar dolar ini sedikit banyak bisa memengaruhi beberapa hal. Salah satunya harga mobil baru Toyota dan Daihatsu. Memang sih kenaikannya tidak akan signifikan, tapi trennya akan terlihat di jangka panjang nanti.
Baca juga: Dampak Kenaikan Nilai Dolar AS Terhadap Rupiah dan Ekonomi Indonesia
Seperti yang dikatakan Direktur Marketing PT Toyota Astra Motor Anton Jimmi Suwandy. Kata Anton, para produsen mobil masih akan terus memantau pergerakan dolar dalam beberapa bulan sebelum kemudian memutuskan kenaikan harga mobil baru untuk merek Toyota dan Daihatsu.
Waktu kenaikan harga mobil baru Toyota
“Kita harus lihat trennya harus jangka panjang. Kalau 1-2 hari kan nggak bisa. Kita selalu kan hitungnya average, 3 bulanan. Kalau 1 hari nggak bisa. Rata-rata 3 bulanan sampai 6 bulanan,” terang Anton mengutip OtoDetik, (25/10).
Yang pasti, kata Anton lagi, kenaikan harga mobil baru memang harus dilakukan. Ini lantaran pabrikan lantaran beberapa sparepart atau komponen yang transaksinya menggunakan dolar AS. Umumnya yang akan terkena dampak langsung adalah model yang diimpor secara utuh alias CBU (Completely Build Up).
Baca juga: Rupiah Loyo Usai Pengumuman Capres 2024, Benarkah Demikian?
“Kalau 3 bulan dia stabil naik terus ya kita harus naikin karena kan sparepart kita sebagian impor, terutama mobil-mobil yang CBU, ya. Kita kan bayarnya pakai dolar. Misal, harga basisnya 100 dolar naik, ya kita (mobil baru Toyota) ikutan naik,” sambung Jimmi.
Namun kondisi ini sedikit berbeda dengan mobil rakitan lokal. Anton lebih lanjut menjelaskan, penguatan dolar terhadap rupiah tidak akan terlalu memengaruhi harga mobil Toyota dan Daihatsu yang dirakit di dalam negeri. Itu karena mobil rakitan lokal menggunakan beberapa sparepart dalam negeri.
“Jadi kita harus hitung lagi. CKD (Completely Knocked Down) tuh masih bisa bertahan 6 bulanan. Kalau CBU tuh direct impact-nya. (Kenaikan) tergantung kompetisi dan market juga, kita mau jualan berapa,” tutup Anton.
Dampak lain kenaikan dolar pada ekonomi Indonesia
Pelemahan rupiah masih bisa terus terjadi, bahkan bisa melebihi Rp16.000 per dolar AS. Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong memperkirakan, rupiah berpotensi anjlok ke kisaran Rp16.300-Rp16.500 per dolar AS.
Baca juga: Apa Itu BI Checking dan Bagaimana Cara Ceknya
Tidak hanya harga mobil baru, jika rupiah menembus level Rp16.000 per dolar AS, kondisi ini juga akan memengaruhi ekonomi di segi imported inflation, yakni kenaikan harga barang dan jasa impor.
“Harga-harga barang impor yang umumnya berdenominasi mata uang AS akan lebih mahal. Seperti bahan bakar minyak (BBM) contohnya,” kata Lukman.
Sementara Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra menilai, pelemahan rupiah bisa membebani dan mengganggu finansial perusahaan-perusahaan di Tanah Air, terutama jika si pengusaha mengambil bahan baku dari negara lain.
Baca juga: Pilih Mana, Asuransi Mobil All Risk atau TLO?
“Petani atau peternak yang memakai barang impor, seperti pupuk atau pakan, juga bisa merasakan kenaikan biaya. Ini bisa berujung ke kenaikan harga barang konsumsi sehingga bisa menyumbang kenaikan inflasi,” kata Ariston.
Kita harap, kenaikan dolar tidak terus meroket sehingga tidak mempengaruhi kenaikan harga-harga utamanya di sektor otomotif. Bagaimana menurutmu, akankah harga mobil baru akan terimbas langsung dalam waktu dekat?