Keuangan
Resesi Ekonomi Terjadi di Dunia, Bagaimana dengan Indonesia?
Resesi ekonomi menjadi salah satu dampak akibat adanya wabah pandemi. Apa saja dampaknya, terutama bagi Indonesia?
Resesi ekonomi menjadi hal yang tidak bisa dielakkan lagi di masa-masa tidak pasti seperti sekarang ini. Mulai dari pandemi yang masih terus berlanjut, situasi politik dunia, hingga krisis energi bisa menjadi pemicu.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, resesi artinya adalah kelesuan dalam kegiatan dagang, industri, dan sebagainya (seolah-olah terhenti); menurunnya (mundurnya, berkurangnya) kegiatan dagang (industri).
Sedangkan untuk resesi ekonomi, berarti situasi dimana kondisi ekonomi suatu negara sedang mengalami penurunan atau memburuk.
Baca juga: 7 Tips Menabung Beli Mobil Baru Buat First Jobber
Dikutip dari CNBC International, menurut Kepala Riset Pasar Global Nomura Rob Subbaraman ada beberapa negara yang terancam mengalami resesi. Apa saja negara tersebut?
Amerika Serikat
Terjadinya resesi ekonomi di Amerika Serikat mengacu pada data Pendapatan Domestik Bruto (PDB) The Atlanta Federal Reserves yang memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi AS hanya 0,9 persen pada kuartal II 2022, turun dari kuartal I yang tumbuh 1,5 persen.
Terjadinya penurunan ekonomi selama 2 kuartal berturut-turut bisa menjadi salah satu tanda resesi. Selain itu, CEO Morgan Stanley James Gorman juga memperkirakan bahwa peluang Amerika Serikat untuk mengalami resesi di tahun ini sebesar 50 persen.
Eropa
Negara-negara di Eropa juga terancam mengalami resesi ekonomi di tahun ini. Hal ini tercermin dari nilai mata uang Euro yang terus merosot ke level yang paling rendah terhadap dolar sejak akhir 2002.
Baca juga: Refinancing Kredit Mobil, Apa Syarat dan Manfaatnya?
Pemicu lainnya adalah karena adanya kenaikan harga gas alam. Selain itu, perekonomian Inggris juga menunjukkan adanya tanda-tanda perlambatan karena adanya inflasi yang tinggi di negara tersebut.
China
Resesi ekonomi juga diramalkan terjadi di China karena Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan perekonomian di negara tersebut melambat akibat adanya kasus Covid-19.
Namun, masih ada harapan bagi China untuk bisa pulih di paruh kedua 2022 yang dibantu dengan adanya stimulus kebijakan yang agresif untuk memitigasi penurunan ekonomi.
Baca juga: Simulasi Kredit Toyota Fortuner 2022, SUV Paling Bertenaga
Akan tetapi, China tetap perlu waspada dengan adanya varian baru maka dampaknya terhadap ekonomi di negara tersebut kemungkinan akan lebih lama.
Mongolia
Berdasarkan perkiraan Fitch Ratings, sebuah lembaga pemeringkat internasional ekonomi, Mongolia akan semakin memburuk karena kondisi keuangan global serta adanya dampak geopolitik yang terjadi saat ini.Â
Hal itu diperparah juga karena Pemerintah Mongolia cukup tergantung pada utang luar negeri. Hal ini tentunya dapat memicu pergeseran sentimen investor internasional dan pada akhirnya menyebabkan perlambatan ekonomi.
Korea Selatan
Korea Selatan juga menjadi negara yang terancam mengalami resesi ekonomi karena saham negara ini jatuh pada awal pekan lalu.
Baca juga: Sejumlah Keuntungan Pembayaran DP Mobil Besar dan Kecil
Kondisi tersebut disebabkan karena para investor khawatir bahwa kenaikan suku bunga acuan yang diharapkan dapat memerangi inflasi justru dapat memicu perlambatan ekonomi.
Untuk mengatasinya, Kementerian Keuangan dan Bank Sentral Korea Selatan mengatakan mereka telah setuju untuk bekerja sama dalam mengurangi risiko buruk dari adanya kenaikan suku bunga.
Imbas pada Indonesia
Resesi ekonomi yang terjadi pada berbagai negara tersebut, bisa juga berdampak ke Indonesia. Terutama resesi yang terjadi di Amerika Serikat mengingat negara tersebut merupakan memegang perekonomian terbesar di dunia.
Baca juga: 10 Cara Mencicil Kredit Mobil Baru
Salah satu dampak yang mungkin dirasakan adalah kondisi ekonomi yang akan terus menurun, yang diikuti dengan adanya inflasi. Bahkan harga kurs dollar pun sempat menembus angka Rp 15.000 pada pekan lalu, tepatnya pada 6 Juli 2022.
Dari sektor otomotif
Pada saat inflasi mengalami peningkatan, maka biaya input produksi bagi perusahaan juga akan meningkat. Berbagai sektor juga akan terpengaruh dari adanya inflasi ini, tidak terkecuali pada sektor otomotif.
Hal ini bisa menyebabkan terjadinya kenaikan harga-harga mobil di pasaran. Jika hal itu terjadi, maka dibutuhkan kesadaran bagi para konsumen itu sendiri untuk memilih yang memang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing.
Baca juga: 8 Alasan Kenapa Klaim Asuransi Mobil Ditolak
Jangan sampai menghabiskan biaya yang terlalu berlebih pada masa-masa rawan resesi ekonomi seperti sekarang ini. Bisa juga dengan memilih mobil yang terkenal irit bahan bakar sehingga bisa untuk menekan pengeluaran rutin.
Cermat beli mobil
Agar cermat beli mobil di tengah resesi ekonomi, bisa melakukan pembelian melalui SEVA dimana tersedia berbagai jenis mobil termasuk mobil-mobil yang terkenal irit bahan bakar dan tentunya dengan harga yang cukup bersaing.
SEVA hadir dengan sejumlah fitur andalan seperti Instant Approval, Car Recommendation, dan Loan Calculator. Melalui fitur Instant Approval, konsumen dapat membeli mobil baru dengan pengajuan kredit yang lebih mudah dan prosesnya jelas.
Baca juga: Alasan Mengapa Harga Mobil Listrik Lebih Mahal
SEVA akan memberikan rekomendasi pembiayaan mobil baru yang bisa konsumen pilih sesuai dengan kemampuan finansial yang dimiliki. Konsumen dapat memilih masa tenor hingga 6 tahun dan DP mulai dari 15 persen hingga 30 persen.
Dengan adanya fitur Instant Approval ini, konsumen jadi tidak ragu lagi dalam membeli mobil baru karena prosesnya lebih mudah dan skema pembayarannya yang sudah Jelas Dari Awal.
Jadi, konsumen yang ingin membeli mobil secara kredit baru tidak perlu khawatir karena dari awal untuk perhitungan DP, cicilan, hingga tenor sudah disesuaikan dengan kemampuan finansial dari konsumen.
Ayo, tunggu apalagi nih Anak Kecil Aja Tau kalau beli mobil tentunya pilih yang Jelas dari Awal hanya di SEVA!