Otomotif
Warga Jakarta Ramaikan Uji Coba MRT, Ini Harapan dan Impresinya
Warga Jakarta meramaikan uji coba MRT. Moda transportasi ini diyakini bakal menjadi primadona masyarakat modern dan lebih efisien daripada transportasi lain.
Antusias warga Jakarta terhadap uji coba Moda Raya Terpadu (MRT) pekan lalu terbilang sangat tinggi. Hal itu dapat dilihat dari respons positif warga atas kemunculan MRT ini, entah saat proses penggarapan hingga menjelang beroperasi akhir Maret nanti.
Tak heran, banyak warga Jakarta yang meramaikan uji coba MRT pada 11—23 Maret 2019 dengan memesan tiket secara online. Terbukti, tiket uji coba yang digratiskan tersebut langsung habis dipesan sehingga menjelang penutupan.
Dikutip dari laman MRT Jakarta, setidaknya ada 400 ribuan tiket Ratangga—nama kereta MRT—yang habis dipesan oleh warga.
Menyadari tingginya antusias warga, PT MRT Jakarta pun menambah kuota penumpang dengan membuka pendaftaran offline di stasiun MRT khusus tangga 22 dan 23 Maret saja. Jadi, calon penumpang yang kehabisan tiket online cukup datang ke stasiun MRT terdekat dengan mengisi data diri di loket yang telah disediakan.
Para penumpang yang memadati stasiun MRT pun tak mau melewatkan momen membanggakan tersebut. Banyak di antara mereka yang mengabadikan moda transportasi modern tersebut dengan selfie dan merekamnya. Bahkan, ada pula yang menyempatkan diri untuk nge-vlog sambil memperlihatkan situasi padatnya gerbong Ratangga.
Rustandi, salah satu penumpang MRT yang Seva.id wawancarai mengaku sangat senang karena dapat merasakan naik kereta bawah tanah seperti di negara tetangga. Ia juga menjelaskan bahwa naik MRT lebih nyaman daripada naik kendaraan lain.
“MRT ini sangat keren dan modern sekali. Ditambah desain kereta dan stasiunnya sangat mirip seperti di bandara, ya,” jelas Rustandi
Tak jauh berbeda dengan Rustandi, Muhammad Nur Wahyudi, penumpang lain yang Seva.id wawancarai pada saat uji coba berlangsung pun mengatakan hal serupa. Menurutnya, MRT berhasil menambah nilai positif dan dapat menjadi penanda kemajuan bangsa Indonesia.
Selain itu, Muhammad Nur Wahyudi juga menyakini bahwa MRT dapat mengurangi perilaku konsumtif berkendara masyarakat ibukota.
“Ya, secara tidak langsung MRT dapat mengubah budaya kita yang tadinya aktif menggunakan kendaraan pribadi–hampir setiap hari, jadi dapat berpindah kendaraan umum yang lebih ramah lingkungan,” ujar Muhammad Nur Wahyudi
Melalui keberadaan MRT tersebut, ia juga menyampaikan harapan agar kiranya pemerintah dapat menambah rangkaian kereta MRT sehingga benar-benar menjadi solusi atas kemacetan di Jakarta.
“Kalau dilihat dari padatnya penduduk Jakarta, pasti akan banyak yang berpindah ke MRT. Sekarang saja sudah padat sekali yang naik di uji coba ini. Jadi, semoga saja pemerintah dapat menambah kereta MRT dan memperpanjang rute perjalanannya di fase kedua nanti,” tutup Muhammad Nur Wahyudi
Mengubah budaya
Penumpang lain yang Seva.id wawancarai memberikan harapan yang berbeda. Bagi Lilis, MRT Jakarta memang tak jauh berbeda dengan MRT Singapura. Akan tetapi, meskipun terasa sama, perbedannya akan terletak pada persoalan budaya masyarkat Jakarta yang sangat jauh berbeda dengan penumpang MRT di negara tetangga.
“MRT-nya sama saja kaya di Singapura atau Malaysia. Namun, saya berharap semoga warga Jakarta dapat merawat MRT ini dengan baik, terutama soal kebersihan. Tahu sendiri, kan, biasanya pas pembukaan saja yang terlihat bersih, tetapi nanti kalau sudah benar-benar operasi malah jadi kotor dan tak dirawat,” ucap Lilis.
Meskipun begitu, kehadiran MRT memang harus kita banggakan. Moda transportasi publik ini paling tidak dapat menjadi jawaban Anda akan masalah kemacetan yang sering kali terjadi di Jakarta, terutama di kawasan bisnis seperti Sudirman dan sekitarnya.
Baca juga: Uji Coba LRT Jakarta Curi Perhatian Warga
Bagaimana prosedur naik MRT?
Bagi sebagian Anda yang berkesempatan naik MRT pada saat uji coba lalu, mungkin berpikir kereta tersebut memberikan kesan yang tak jauh berbeda dari Commuter Line (KRL). Ya, tentu, tetapi tidak juga. Nyatanya, sistem pembelian tiket MRT sama dengan KRL.
Saat Anda hendak membeli tiket MRT, ada dua opsi perjalanan yang akan ditawarkan: tiket sekali jalan (single trip) atau pulang-pergi (multi trip). Kedua tiket tersebut dapat Anda beli di loket stasiun atau langsung isi ulang pada mesin yang disediakan.
“Bagi penumpang yang ingin naik MRT, mereka bisa beli tiket di loket: apakah mau beli yang sekali jalan atau PP. Namun, kalau sudah punya tiket multi trip, penumpang tinggal isi ulang sendiri saja di mesin. Jadi, tinggal tik gitu kaya di mesin ATM,” jelas petugas MRT di Stasiun Senayan.
Kemudian, Anda menunggu datangnya Ratangga sekitar 5 menit. Untuk di jam sibuk sendiri, seperti di jam pergi atau pulang kerja, Ratangga akan tiba sekitar 10 menit di stasiun yang Anda naiki.
Selain itu, Anda dapat menaiki MRT mulai dari pukul 05.00 hingga jam 12.00 malam. Untuk harga, dalam waktu dekat ini akan diumumkan oleh pemerintah.
Sementara itu, jika bicara soal kapasitas penumpang, PT MRT Jakarta menyediakan sekitar 16 Ratangga yang siap menemani perjalanan Anda. Setiap Ratangga terdiri dari 6 rangkaian dan dapat menampung sekitar 480 ribu penumpang.
Satu gerbong Ratangga terdiri dari 4 kursi umum, yang dapat menampung kurang lebih 6—9 orang dan 2 kursi prioritas yang akan menampung sekitar 4 penumpang khusus.
Sebagai informasi tambahan, Anda dapat menjangkau Lebak Bulus dari Bundaran HI sekitar 30 menit saja. Tentu, berkat keefektivitasan tersebut, MRT digadang-gadang bakal menarik simpatik warga sehingga pembagian penumpang KRL dan Transjakarta diyakini akan jauh lebih merata daripada sebelumnya.
Oleh karenanya, sedapat mungkin kita manfaatkan transportasi percepatan ini untuk memudahkan perjalanan. Selain itu, jangan lupa juga untuk menjaga kebersihan dan ketertiban di sekitar stasiun MRT, ya.